Sejarah Desa Parbutaran

Gambar: Mister Google

Desa Parbutaran merupakan salah satu nagori (desa) yang ada di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten  Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Marga Purba adalah salah satu marga atau morga dari empat marga asli dari daerah Simalungun. Dan marga Purba lah yang membuka kampung serta menginjakkan kaki pertama kali di desa Parbutaran. Adapun marga Purba terdiri dari banyak sub marga diantaranya:

1. Girsang

2. Girsang Jabu Bolon

3. Girsang Na Godang

4. Girsang Parhara

5. Girsang Rumah Parik

6. Girsang Bona Gondang

7. Pakpak

8. Raya

9. Siboro

10. Siborom Tanjung

11. Sidasuha

12. Sidadolog

13. Sidagambir

14. Sigumonrong

15. Sihala

16. Silangit

17. Tambak

18. Tambun Saribu

19. Tanjung

20. Tondang

21. Tua dan lain-lain (silahkan ditambah)

Purba di daerah Desa Parbutaran umumnya adalah Purba Sigumonrong (Tuan Lokkung). Marga Purba lah orang yang pertama kali menginjakkan kaki di Desa Parbutaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa Desa Parbutaran orang yang pertama kali mendiami kampung serta membuat menjadi perkampungan serta beranak pinak di daerah ini adalah keturunan bermarga Purba (Tuan Mandis Purba). 

Kenapa disebut desa Parbutaran? 

Parbutaran diambil dari kata butar yang artinya bambu. Dahulu kala nenek moyang marga purba di Desa Parbutaran (Tuan Mandis Purba) ketika membuat atau membangun rumah atap yang digunakan untuk melindungi mereka dari panas serta kehujanan menggunakan bambu sebagai atap rumah. Atap rumah dari bambu ini lah yang disebut dengan butar. 

Dari kata butar tadi ditambahkan awalan Par. Biasanya kalau seseorang menanyakan asal muasal seseorang ketika dia berbicara terhadap lawan bicara nya untuk menanyakan keberadaan orang (pihak ketiga) digunakan kata Par. Contoh Par dia. Maka teman komunikasi (lawan bicara) menyebut kata Par. 

Karena marga Purba yang mendiami desa Parbutaran ketika membangun rumah serta menggunakan atap dari bambu (butar) tadi sering keluar desa untuk melakukan perdagangan serta berburu. Maka orang (suku) dari kampung lain menyebutkan sebutan untuk mereka dengan sebutan Par butar ran. Sehingga marga Purba yang tinggal di desa itu disebut lah dengan sebutan Parbutaran.

Kemudian di Desa Parbutaran dahulu kala setiap orang yang datang (pendatang baru) yang masuk ke daerah desa Parbutaran wajib bermarga Purba. Apabila tidak bermarga Purba maka orang tersebut di makan daging nya (dibunuh). Dahulu mereka masih kanibal.

Lalu anak-anak dari nenek moyang yang bermarga Purba (Tuan Mandis Purba) membuka hutan untuk dijadikan perkampungan. Ada yang membuka hutan untuk dijadikan perkampungan di Hualagoi dikenal dengan istilahPurba Hualagoi. Ada yang membuka hutan untuk dijadikan perkampungan di daerah Pengkolan Parbutaran,Marihat Butar, Batu Hopit dan Marihat Tanjung.

Yang membuka kampung di Hualagoi disebut dengan Partuanan Hualagoi (penulis sendiri adalah Purba Sigumonrong asal Hualagoi). Yang membuka kampung di Pengkolan Parbutaran disebut dengan istilahPartuanan Pengkolan. Sampai sekarang untuk partuanan pengkolan masih punya tempat keramat yang disebut dengan istilah Parsiroan. Untuk yang membuka kampung di Marihat Butar disebut dengan istilah Partuanan Marihat Butar, di Desa Marihat Butar pun masih ada tempat keramat Parsiroan. Untuk yang membuka kampung di Batu Hopit disebut dengan istilah Partuanan Batu Hopit dan untuk yang membuka kampung di Marihat Tanjung disebut dengan istilah Partuanan Marihat Tanjung.

Sumber: www.parbutaran.com