Read more »
Jejakaku…Semoga kau tak seperti Dilan, yang senangnya merayu anak perempuan orang.
Jangan lemah seperti Dilan, menanggung rindu saja sudah tidak kuat. Mengarungi kehidupan ini kita harus kuat, terutama berperang melawan syahwat.
Jangan sok keren seperti Dilan, karena memuji kecantikan wanita dan bisa jatuh cinta pada sore harinya adalah gombal. Anak muda itu bukan penggombal, tapi ia pejuang dalam menjaga hatinya agar selalu berpaut kepada Allah SWT.
Jangan menjadi psikopat seperti Dilan. Nak, menghilangkan jejak kehidupan seseorang hanya karena katanya ia menyakiti wanita yg disenanginya. Jika kau pemberani dan bernyali, kau akan berjuang menghilangkan kemungkaran di medan dakwah dan jihad.
Pemuda itu, sebelum tidur selalu bermuhasabah atas hari yang telah dilewatinya, bukan mengucapkan selamat tidur secara diam-diam kepada wanita yg dipacarinya.
Duh, Nak…..anak lelaki itu harus tahu bahwa kegagahannya untuk memuliakan ISLAM dan kaum muslim. Kegagahan bukan untuk bermaksiat kepada Allah dan menjerumuskan diri dan anak perempuan orang dalam kekejian pergaulan.
Semoga generasi muda muslim, selalu mampu menjaga kehormatannya, memuliakan lawan jenisnya dengan menjaga interaksi. Tidak memperturut hawa nafsu dan punya “standar keren” yang benar.
Tadaburillah kisah si-ganteng nan sholeh Mush’ab bin Umair. Ia gagah, ganteng, kaya raya, perlente, terhormat, dan cerdas. Tapi tak pernah ia pakai semua itu untuk menggombali para wanita. Ia bahkan meninggalkan semua keglamoran kehidupannya lalu berhijrah ke Islam dan menjadi penerus lisan Rosulullah shollallahu a’layhiwasallam. Ia wafat dalam kemiskinan setelah menjadi wasilah hidayah bagi penduduk di Madinah. Lalu apa bagiannya di sisi Allah? Allah dan Rosul Nya meridhoinya.
Lalu di mana posisi Dilan? Ia adalah karakter fiktif yang melenakan banyak muda mudi.
Sekali lagi, Nak…jangan seperti Dilan ya…
Hancur hati Bunda membayangkannya.
Hancur hati Bunda membayangkannya.
Jakarta, 5 Februari 2018
Penulis asli : Ummu Asad
Penulis asli : Ummu Asad
0 Reviews